Sitohistoteknologi terdiri dari : Sito berarti sel dan Histo
berarti jaringan. Jadi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sel dan
jaringan. Dalam jaringan pada umumnya terdapat 3 komponen dasar yang
menyusunnya yaitu : Sel , Substansi Interseluler dan Cairan.
1. Sel
Merupakan komponen yang bersifat
hidup dalam jaringan dan merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil
dari organisme.
2. Substansi Interseluler
Bersifat tidak hidup dan sebagai
hasil produksi sel. Terdapat diantara sel-sel didalam jaringan. Bentuk fisiknya
dapat dipilahkan :
a. Sebagai substansi dasar karena tidak
berbentuk dan dalam keadaan setengah padat.
b. Sebagai serabut.
3. Cairan
Merupakan komponen yang menonjol dalam plasma darah, cairan limfa, cairan jaringan dsb.
Merupakan komponen yang menonjol dalam plasma darah, cairan limfa, cairan jaringan dsb.
Susunan
kimia jaringan tubuh kita terdiri atas :
Air
65 - 70 %
Protein
10 %
Lipid
10 - 15 %
Karbohidrat
10 %
Zat
Anorganik 5 %
Berdasarkan fungsi dan strukturnya
jaringan tubuh dikelompokkan menjadi 4 macam jaringan dasar yaitu :
1. Jaringan Epitil
Terdiri
dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu
lembaran, oleh karena itu disebut pula sebagai membran epitil / epitil saja
untuk membedakan dengan epitil kelenjar. Jaringan ini tidak mempunyai substansi
interseluler dan cairannya sangat sedikit.
2. Jaringan Pengikat
Sel-selnya
tidak rapat susunannya karena dipisahkan oleh substansi interseluler yang
nyata. Fungsi utama adalah mengikatkan ketiga jenis jaringan dasar lainnya
ataupun antara organ-organ dalam tubuh. Fungsi lain adalah sebagai jaringan
penyokong dll.
Oleh karena itu atas dasar struktur
dan fungsi yang berbeda tersebut jaringan pengikat dalam arti luas
dikelompokkan dalam :
a. Jaringan pengikat sebenarnya
b. Jaringan Kartilago
c. Jaringan Tulang
d. Jaringan Mieloid
e. Jaringan Darah
f. Jaringan Limfoid
3. Jaringan Otot
Terdiri
atas sel-sel yang berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh. Pada
umumnya selnya berbentuk memanjang bahkan dapat berbentuk sebagai serabut yang
dapat berubah memendek.
4. Jaringan
Syaraf
Terdiri
dari sel-sel yang mempunyai tonjolan-tonjolan yang berfungsi menghantarkan
impuls listrik dalam tugas koordinasi kegiatan alat-alat tubuh.
EPITIL
PERMUKAAN
Epitil
dikelompokkan menjadi :
1. Jaringan epitil yang menutupi dan
membatasi permukaan luar dan dalam tubuh yang disebut sebagai epitil permukaan.
2. Jaringan Epitil yang tumbuh kedalam
jaringan pengikat menjadi epitil kelenjar.
Asal Epitil
Sebagian besar epitil tumbuh dari
lapisan ektoderm dan endoderm embrio, walaupun ada sejumlah epitil berasal dari
mesoderm (misal pada sistem urogenitalis dan cortex glandula suprarenalis).
Epitil yang berbentuk membran dan
berasal dari mesoderm ada 2 macam yaitu :
1. Endothelium / Endotil
Merupakan
susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan
penbuluh limfa.
2. Mesothelium / Mesotil
Merupakan
susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga menutupi
beberapa organ tertentu misal yang melapisi Peritoneum, Pleura dan Pericardium.
Fungsi Umum
Membran Epitil :
1. Proteksi / Perlindungan, karena
epitil melapisi permukaan dalam dan luar tubuh.
2. Absorbsi, misal : epitil yang
membatasi permukaan dalam usus. Selain berfungsi perlindungan juga berperan
dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan yang bekerja secara
selektif.
3. Lubrikasi
Misal epitil yang melapisi vagina yang tidak memiliki kelenjar.
Misal epitil yang melapisi vagina yang tidak memiliki kelenjar.
4. Sekretoris , bertindak sebagai
kelenjar.
Macam Epitil
Epitil diklasifikasikan berdasarkan
:
1. Bentuk sel-sel yang menyusunnya.
2. Jumlah susunan sel-sel dalam epitil
dsb.
Bentuk sel
Epitil
Pada umumnya dibedakan 3 macam yaitu
:
1. Sel Gepeng
Karena
berbentuk sebagai sisik ikan (squamous cell). Ukuran tinggi / tebal kurang dari
ukuran ukuran panjang dan lebar selnya. Dari permukaan tampak sel-sel bentuk
poligonal.
2. Sel Kuboid
Ukuran
tebal dan panjang yang sama sehingga nampak sebagai bujur sangkar. Dari
permukaan bentuk sel tampak poligonal.
3. Sel
Silindris
Ukuran
tinggi melebihi ukuran lebarnya. Dari permukaan bentuk sel tampak poligonal
biasanya inti bentuk oval terletak agak kearah basal.
Berdasarkan susunan sel-sel yang
membentuk epitil dibedakan menjadi :
- Epitil selapis (Epithelium
simplex)
- Epitil berlapis (Epithelium
complex)
- Epitil semu berlapis / epitil
bertingkat (Epithelium Pseudocomplex)
Atas dasar bentuk sel dan susunan
sel yang membentuk epitilnya maka penamaannya yang terdapat dalam tubuh
menentukan jenis epitil :
1. Epitil Gepeng Selapis (Epithelium
Squamous Simplex)
Seluruh
sel yang menyusun epitil ini berbentuk gepeng dab tersusun dalam satu lapisan.
Batas-batas sel baru jelas bila sediaan diwarnai dengan AgNO3. Epitil jenis ini
terdapat misal pada : permukaan dalam membrana Tympani, Lamina Parietalis
Capsula Bowmani, Rete testism Ductus Alveolaris, Alveoli pada paru-paru, Pars
Descendens Ansa Henlei pada ginjal, Mesotil yang membatasi rongga Serosa,
Endotil yang membatasi permukaan sistem peredaran.
2. Epitil Kuboid Selapis (Epithelium
Cuboideum Simplex)
Agak
jarang ditemukan dalam tubuh. Susunannya terdiri atas selapis sel yang
berbentuk kuboid dengan inti yang bulat di tengah. Dijumpai pada Plexus
Choroideus di Ventriculus otak, Folikel Glandula Thyroidea, Epithelium
Germinativum pada permukaan ovarium, Epithelium Pigmentosum Retinae dan Ductus
Excretorius beberapa kelenjar.
3. Epitil Silindris Selapis (Epithelium
Cylindricum Simplex)
Terdiri
atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris sehingga inti yang berbentuk oval
tampak terletak pada satu deretan. Diketahui pada permukaan sel lendir Tractus
Digestivus dari lambung sampai anus, Vesica Fellea dan Ductus Excretorius pada
beberapa kelenjar.
4. Epitil Gepeng Berlapis (Epithelium
Squamousum Complex)
Lebih
tebal dari epitil selapis. Pada potongan melintang permukaan tampak terlihat
berbagai bentuk sel yang menyusunnya. Yang berbentuk gepeng hanyalah sel-sel
pada lapisan permukaan, sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah.
Epitel jenis ini sangat cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk
fungsi sekresi. Epitel jenis ini dibedakan 2 macam :
a. Epitil Gepeng berlapis tanpa
keratin.
Terdapat pada permukaan basah misal
: Cavum oris, esophagus, Cornea, Conjunctiva, Vagina dan Urethra Feminima.
b. Epitil Gepeng berlapis berkeratin Pada
epidermis kulit.
5. Epitil Silindris Berlapis
(Epithelium Cylindricum Complex).
Terdiri
atas beberapa lapisan sel dengan lapisan teratas berbentuk silindris dan bagian
basal selnya tidak mencapai membrana basalis. Ditemukan pada : peralihan
Oropharynx ke Larynx, Urethra Pars Cavernosa, Ductus Excretorius beberapa
kelenjar.
6. Epitil Kuboid Berlapis (Epithelium
Cuboideum Complex)
Terdiri
atas sel-sel permukaan yang berbentuk kuboid. Jenis ini tidak terlalu banyak
diketemukan dalam tubuh misal : pada ductus excretorius glandula parotis dan
dinding Anthrum Folliculli Ovarii.
7. Epitil Silindris Bertingkat
(Epithelium Cylindricum Pseudocomplex)
Semua
sel-sel yang menyusunnya mencapai membrana basalis, karena tinggi sel-selnya
tidak sama, maka puncaknya tidak semua mencapai permukaan epitil.
Mempunyai
modifikasi adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi disebut
sebagai epitil silindris bertingkat bersilia yang terdapat pada : Trachea, Bronchus
yang besar dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang mencapai permukaan
ada 2 jenis yaitu sel bersilia dan sel piala (Goblet cell) yang berfungsi
sebagai sel kelenjar.
8. Epitil Transisional
Merupakan
bentuk peralihan yang berubah bentuknya tergantung dari keadaan ruangan organ
yang dibatasi. Epitil ini sangat tepat untuk melapisi permukaan suatu organ
berongga yang selalu mengalami perubahan volume seperti kandung kemih.
Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai
kemampuan khusus berkontraksi sehingga ada gerakan. Otot terdiri atas serabut
silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan sel dari jaringan lain. Ada 3
jenis otot :
1. Otot bergaris (otot lurik, otot
kerangka atau otot sadar) berkontraksi karena rangsangan saraf.
2. Otot Polos (otot tidak bergaris,
otot licin, otot tak sadar) berkontraksi tanpa rangsangan saraf.
3. Otot jantung : otot bergaris seperti
otot lurik, mempunyai kemampuan khusus : berkontraksi otomatis dan ritmis tanpa
tergantung ada tidaknya rangsangan saraf.
Jaringan Saraf
Terdiri atas tiga unsur yaitu :
1. Unsur berwarna abu-abu yang
membentuk sel saraf.
2. Unsur putih, serabut saraf
3. Neuroglia, sejenis sel pendukung
yang menghimpun dan menopang sel saraf dengan serabut saraf.
Setiap sel saraf dengan prosensusnya
yaitu neuron.Jaringan Pengikat (Connective Tissue) Gambaran Histologis yang
merupakan ciri :
1. Terdiri dari macam-macam sel.
2. Terdapat substansi interseluler
3. Berasal dari jaringan Mesenkhim.
Fungsi :
1. Mengikat, menghubungkan dan mengisi
celah antara jaringan lain.
2. Sebagai penyokong atau penopang
3. Berfungsi khusus.
Berdasarkan fungsi dan gambaran
Histologis tsb dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok :
1. Jaringan pengikat biasa
2. Jaringan pengikat penyokong yang
mencakup kartilago dan tulang
3. Jaringan Hemopoietik, darah dan
jaringan Limfoid
Komponen jaringan pengikat terdiri
atas :
1. Sel
2. Substansi dasar : substansi amorf
tempat komponen-komponen
lain dari jaringan pengikat terendam.
Mukopolisakarida
(lendir) terdiri atas :
Asam
hialuronik tanpa gugus sulfat dan asam kondroitin sulfurik.
Glikoprotein
(dapat diwarnai dengan PAS)
Komponen Fibriler terdiri atas:
1. Serabut kolagen
2. Serabut elastic
3. Serabut Retikuler
Serabut Kolagen
Terbentuk dari protein dari kolam,
merupakan jenis protein paling banyak. Dalam jaringan pengikat, rata-rata 7,7 mm – 12 mm
tubuh. Dimeter
1 longgar sehingga tampak berjalan bergelombang. Merupakan gambaran serabut
halus yaitu fibril. Pada kondisi segar berwarna putih berbentuk serabut putih
dan merupakan bahan keras, bila direbus menjadi lunak disebut gelatin. Dengan
pewarnaan biasa (H.E) berwarna merah muda / merah. Dengan pewarnaan khusus Van
Giessen berwarna merah cerah, dengan Pewarnaan Mallory berwarna biru.
Serabut Elastis
Penyusunnya adalah protein elastis,
bersifat sangat tahan terhadap pengaruh kimia, dalam keadaan segar berwarna
kuning, bersifat kenyal. Pewarnaan HE berwarna lebih merah. Pewarnaan khusus
yaitu zat warna Orcein / Resorchin-fuchsin (Weigert). Serabutnya tipis dan
panjang dengan ketebalan < m.mm sampai dengan beberapa m1
Serabut
Retikuler
Serabut-serabut halus yang saling
berhubungan membentuk anyaman / jala. Sangat sulit dilihat dengan pewarnaan
H.E. Dengan Impregnasi garam perak tampak anyaman hitam. Dapat diwarnai dengan
PAS. Banyak dijumpai sebagai kerangka dalam jaringan Limfoid dan Hemopoeitik.
Berdasarkan Tingkat Diferensiasi
jaringan pengikat dibedakan :
1. Jaringan Pengikat Embrional
Dalam
embrio ada 2 jenis yaitu : jaringan mesenkhim dan jaringan mukosa. Jaringan
mukosa yang juga merupakan jaringan embrional terdapat pada tali pusat, humor
vitreus dalam bola mata. Bentuk sel oval stelat dengan inti sesuai bentuk
selnya.
2. Jaringan Pengikat Dewasa ada 5 jenis
:
a. Jaringan pengikat longgar
Mempunayai struktur longgar,
komponen sel-selnya dipisahkan oleh substansi interseluler yang nyata. Jenis
sel yang terdapat dalam jaringan ini adalah fibroblas, sel lemak, Plasmasit,
Makrofag, mastosit, sel-sel mesenkhim belum berdifendiasi, sel imigran dan sel
pigmen.
b. Jaringan pengikat padat
Hubungan komponen jaringan yang
menyusunnya rapat.
c. Jaringan pengikat retikuler
Sebagian besar tersusun atas serabut
retikuler, biasanya terdapat sel retikuler primitif / sel makrofag dengan semua
bentuk peralihannya. Serabut dan sel-selnya membangun kerangka (stroma) dalam
jaringan limfoid dan jaringan mieloid.
d. Jaringan pengikat berpigmen
Tidak banyak terdapat dalam tubuh,
diantaranya terdapat sebagai Tunica Suprachoroidea dan lamina fusca yang
terdapat dalam Sclera bola mata. Karena adanya pigmen, tidak memerlukan
pewarnaan khusus karena sel berpigmen (melanosit) sangat mudah dicari.
e. Jaringan Lemak
Sebagai pelindung terhadap gangguan
suhu dan mekanik, berperan penting dalam metabolisme.
Jaringan
pengikat Penyokong
Terdiri atas cartilago (tulang
rawan) dan tulang. Mempunyai daya tahan besar karena struktur yang sangat
berbeda.
Cartilago (tulang rawan) Tidak
memiliki pembuluh darah untuk nutrisinya. Substansi dasar mengandung serabut
kolagen atau dengan serabut elastis. Mempunyai kemampuan tumbuh cepat sehingga
merupakan kerangka sementara yang baik untuk embrio yang kelak diganti dengan
jaringan tulang.
Pada permukaan persendian, cartilago
dipertahankan untuk mengatasi pergesekan antara ujung-ujung tulang.
Struktur Histologi : terdiri atas
komponen sel, serabut-serabut, dan substansi dasar (matriks).
Pada permukaan cartilago terdapat
jaringan pengikat padat fibrosa yaitu Perichondrium kecuali pada permukaan
sendi.
Berdasarkan jumlah matriks dan
komposisi serabut-serabutnya dalam tubuh ada 3 jenis cartilago yaitu :
1. Cartilago Hyalin
Berwarna
putih bening, terdapat pada permukaan persendian sebagai cartilago articularis.
Pada saluran nafas, hidung, larynx, trachea, bronchus sebagai kerangka dinding.
2. Cartilago Elastis
Berwarna
kekuning-kuningan, lebih lentur, terdapat pada cuping telinga, dinding saluran
telinga luar, tuba eustachii, epiglotis, dan sebagian kerangka larynx.
3. Cartilago Fibrosa
Bentuk
peralihan dari cartilago hyalin yaitu jaringan pengikat padat.
Jaringan Tulang
Beberapa perbedaan pokok dengan
cartilago adalah :
1. Tulang memiliki sistem kanalikuler
yang menembus seluruh substansi tulang.
2. Tulang memiliki jaringan pembuluh
darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
3. Tulang hanya dapat tumbuh secara
aposisi.
4. Substansi interseluler tulang selalu
mengalami pengapuran.
Adanya pengapuran dalam substansi
tulang sehingga pembuatan sediaan tulang yang disayat memerlukan teknik khusus.
Agar mudah disayat dengan mikrotom, garam kapur dalam substansi interseluler
dikeluarkan dahulu dengan dekalsifikasi menggunakan asam (misal : asam nitrat 5
% atau dengan EDTA / Ethylene Diamine Tetra acetic Acid). Cara lain tanpa
dekalsifikasi adalah dengan menggosok sampai menjadi keping-keping tulang
sangat tipis sehingga dapat diamati dengan mikroskop cahaya.
PERADANGAN
Radang adalah merupakan reaksi lokal
jaringan vaskuler terhadap jejas. Tanda utama radang :
1. Bengkak (tumor).
2. Merah (Rubor)
3. Panas (Calor)
4. Nyeri (Dolor)
5. Gangguan Fungsi
Dasar Reaksi
radang :
Suatu jaringan vaskuler bila
mendapat jejas akan terjadi perubahan-perubahan sebagai usaha tubuh untuk
memusnahkan agent yang membahayakan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain :
1. Perubahan Hemodinamika
a. Vasokonstriksi
b. Vasodilatasi
c. Aliran darah menurun
d. Leukosit akan menepi (margination)
dan memipih sepanjang dinding pembuluh darah (pavementing).
2. Perubahan permeabilitas
3. Eksudasi leukosit dan memakan agen
(fagositosis)
Tahap-tahap
proses fagositosis :
1. Pengenalan (recognation) melalui
proses opsonisasi
2. Ditelan dengan pembentukan
pseudopoda fagolisosom
3. Penghancuran (degradation)
Beberapa cara penghancuran agent
yang sudah berada didalam fagolisosom:
1. Mekanisme penghancuran yang
tergantung dengan oksigen
a. Sistim H2O2 myeloperoksidase halide
b. Super oksida (O2-)
2. Mekanisme penghancuran yang tidak
tergantung dengan oksigen
a. Ion hidrogen yang mempengaruhi pH
b. Enzim lisosome
c. Fagositin
Mediator kimiawi radang :
Berupa yang berasal dari plasma, sel
maupun jaringan yang rusak. Bahan tersebut diantaranya :
1. Vasoactive amin
2. Plasma Protease
a. Sistim Kinin
b. Sistim komplemen
c. Sistim koagulasi fibrinolitik
3. Prostaglandin
4. Produk Netrofil
5. Mediator lain seperti : Slow
Reacting Substance, Endogeneus Pyrogen dan Substan P.
Sel Radang
Merupakan
sel yang ikut aktif pada reaksi radang. Yang termasuk sel radang antara lain :
1. P.M.N : Neutrofil, Eosinofil dan
Basofil
2. Monosit
3. Limfosit
4. Plasma Cell : Sel B, Sel T dan Sel
Noel.
Neutrofil
Merupakan sel yang pertama yang mengikuti reaksi keradangan. Disamping berfungsi untuk pertahanan tubuh juga ikut mengembangkan reaksi keradangan lebih lanjut. Mempunyai 2 jenis granula :
Merupakan sel yang pertama yang mengikuti reaksi keradangan. Disamping berfungsi untuk pertahanan tubuh juga ikut mengembangkan reaksi keradangan lebih lanjut. Mempunyai 2 jenis granula :
1. Granula yang spesifik, berisi :
a. Lisosim
b. Lactoferrin
c. Alkaline Fosfatase
2. Azurophilic Granula, berisi :
a. Acid Hydrolase
b. Neutral Protease
c. Myeloperoksidase
d. Lisosim
Neutrofil
merupakan sel dengan diferensiasi yang tinggi, sel ini mempunyai :
1. Reseptor pada membran yang berfungsi
untuk pengenalan benda asing.
2. Protein yang kontraktil yang
berfungsi untuk pergerakan perubahan bentuk.
3. Bahan-bahan untuk fagositosis maupun
penghancuran dalam sitoplasma.
Eosinofil
Dengan
pewarnaan eosin berwarna merah, sitoplasmanya mengandung granula yang mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap asam eosin. Sel ini mempunyai bahan-bahan :
1. Peroksidase (untuk deaminasi
oksidatif histamin)
2. Aryl Sulfatase B (yang merusak SRS
dari reaksi anafilaktik)
3. Histaminase ( untuk deaminasi
oksidatif histamin)
4. Fosfolipase D (yang menginaktifkan
platelet anaphylaxis factor)
Sel ini selain berfungsi melindungi tubuh dari benda asing juga berfungsi mengakhiri reaksi alergi. Sel ini juga banyak dijumpai pada infeksi parasit.
Sel ini selain berfungsi melindungi tubuh dari benda asing juga berfungsi mengakhiri reaksi alergi. Sel ini juga banyak dijumpai pada infeksi parasit.
Basofil dan Mast Cell
Mempunyai
fungsi yang mirip didalam reaksi alergi (hipersensitivitas tipe I). Perbedaan
secara morfologi :
1. Basofil mempunyai inti besar
berlobi, sitoplasma mengandung granula yang berisi heparin, histamin dan tidak
mengandung asam hidrolase.
2. Basofil didapatkan didalam sirkulasi
3. Mast cell diduga berasal dari
jaringan ikat, mempunyai inti yang bulat dan bergranula yang mengandung
heparin, histamin, dan asam hidrolase.
Monosit dan makrofage
Merupakan
sel pembersih didalam tubuh. Berada di lokasi keradangan pada stadium lanjut,
memakan partikel asing, debris dari sel tubuh yang rusak, darah merah yang
rusak, protein dll. Termasuk sistim phagositosis yang mononuklear.
Didalam reaksi keradangan Makrofage bertugas :
Didalam reaksi keradangan Makrofage bertugas :
1. Fagositosis dan penghancuran
organisme / benda asing
2. Melepaskan enzim yang potensial
3. melepaskan bahan kemotaksis dan
permeabilisator yang berfungsi untuk memperpanjang reaksi keradangan.
4. Melepaskan bahan-bahan yang
merangsang leukositosis dan panas.
5. Melepaskan bahan yang membantu
penyembuhan
6. Melepaskan protein yang penting
untuk pertahanan tubuh.
Limfosit dan Plasma cell
Berfungsi
didalam reaksi imunologis dan memproduksi antibodi. Berfungsi didalam reaksi
hipersensitivitas yang lambat. Banyak didapatkan pada radang Granulomatous
seperti tbc, lues dan reaksi radang akibat infeksi virus maupun Rickettsia.
Jenis radang :
1.
Radang
Akut
Ditandai
adanya perubahan permeabilitas vaskuler dan eksudasi. Eksudatnya berisi cairan
plasma, protein dan sel. Berdasarkan komposisi bahan-bahan tersebut maka
eksudat radang akut dapat dibagi :
a. Eksudat yang serous
Merupakan eksudat yang rendah
protein, dapat Berasal dari serum darah atau sekresi sel mesotel, misal :
eksudat luka bakar. Secara mikroskopis sukar dilihat ; biasanya berdasarkan
adanya ruangan abnormal diantara sel yang berisi presipitat yang halus.
b. Eksudat Fibrinosa
Mrpkan eksudat yang kaya protein,
termasuk fibrinogen dan endapan masa fibrin yang khusus pada respons inflamasi
tertentu. Misal : rematik yang mengenai cavum pericardii.
c. Eksudat Supurative atau Purulent
Eksudat kaya akan pus yang banyak dihasilkan
kuman pyogenik missal : Staphylococcus, Pneumococcus dsb. Eksudat purulent
sering dijumpai pada apendisitis akut, abses.
d. Eksudat Hemoragik
Eksudat ini akibat beratnya jejas
akibat pecahnya pembuluh darah atau diapedesis eritrosit. Dasarnya adalah dapat
berupa eksudat fibrinosa atau supuratif, oleh karena terjadi ekstravasasi
sehingga disebut Eksudat hemoragik.
2.
Radang
Kronis
Berjalan
lama, terdapat proses fibroblastik (proliferasi) sehingga proses eksudasi
sangat berkurang. Sel radang yang sering tampak adalah sel radang yang
mempunyai gerakan lambat misal : limfosit, monosit dll.
3.
Radang
Granulomatous
Merupakan
radang kronis yang membuat jaringan granulasi yang khusus yang disebut
granuloma. Granuloma merupakan kumpoulan sel radang (modifikasi makrofage) yang
dikenal sebagai sel epiteloid, Biasanya dikelilingi oleh lingkaran limfosit.
Secara histologis (dari luar kedalam) suatu granuloma terdiri dari 3 daerah :
a. Daerah Limfosit (paling luar)
b. Daerah sel epilteloid, dapat
disertai maupun tanpa sel datia.
c. Dibagian tengah pada tuberkel lunak
didapatkan nekrosis pengejuan .
Granuloma didapatkan pada TBC, Sarkoidosis, Kandidiasis, lues dan Aktinomikosis.
Granuloma didapatkan pada TBC, Sarkoidosis, Kandidiasis, lues dan Aktinomikosis.
DEHIDRASI & PENJERNIHAN
A.
METODE PEMBUATAN SEDIAAN
1. Metode
Oles (Smear Methods)
Adalah suatu pembuatan sediaan
dengan jalan mengoles / membuat selaput (film) dari substansi yang berupa
cairan atau bukan cairan diatas gelas benda yg bersih dan bebas lemak, untuk
selanjutnya kmd difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup.
Bahan yang sering dibuat sediaan oles : darah, nanah / jaringan-jaringan tertentu. Cara ini sangat baik untuk mempelajari : sitologi darah, sumsum tulang merah, eksudat dari bermacam-macam jaringan yg meradang.
Bahan yang sering dibuat sediaan oles : darah, nanah / jaringan-jaringan tertentu. Cara ini sangat baik untuk mempelajari : sitologi darah, sumsum tulang merah, eksudat dari bermacam-macam jaringan yg meradang.
Contoh pembuatan sediaan oles :
a. Pembuatan sediaan darah tipis
b. Pembuatan sediaan oles dari jaringan
c. Pembuatan sediaan darah tebal
d. Pembuatan sediaan nanah yang tebal
(nanah diencerkan dahulu dgn serum / cairan lain, bila keruh, disentrifugasi,
endapan diencerkan lagi, siap dioleskan) Beberapa pewarnaan sediaan oless :
Pewarnaan Giemsa, Pewarnaan May Grunwald (larutan eosin-methylen blue dlm
methyl alkohol), Pewarnaan Pappenheim, Pewarnaan Wright.
2. Metode
Rentang (Spread)
Adalah suatu metode pembuatan
sediaan dengan cara merentangkan suatu jaringan pada permukaan gelas benda
sehingga dapat diamati dengan mikroskop.
Bahan yang dibuat jaringan yang
tipis, misal : pleura, mesenterium, peritoneum, pericardium, dsb. Dapat diamati
tanpa pewarnaan / dengan pewarnaan Mallory-Acid Fuchsin : Hematoksilin ; Azure
II-Eosin.
3. Metode
Pencet (Squash)
Adalah metode untuk mendapatkan
suatu sediaan dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau suatu organisme
secara keseluruhan sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat
diamati dengan mikroskop.
Digunakan untuk jaringan yang
sel-selnya mudah lepas, misal : lien, sumsum tulang, tumor seluler dll. Diambil
± 1 mm. Pewarnaan yang digunakan : Larutan Carmine.
4. Metode
Supravital
Adalah metode untuk mendapatkan
sediaan dari sel / jaringan yang hidup.
Zat warna : Janus Green, Neutral Red, Methylen Blue dengan konsentrasi tertentu. Bahan : darah, epithelium mukosa mulut.
Zat warna : Janus Green, Neutral Red, Methylen Blue dengan konsentrasi tertentu. Bahan : darah, epithelium mukosa mulut.
5. Metode
Irisan
Suatu metode pembuatan sediaan
dengan jalan membuat suatu irisan dengan tebal tertentu sehingga dapat diamati
dengan mikroskop.
Ada 2 macam metode irisan :
Ada 2 macam metode irisan :
a. Metode irisan dengan tangan
b. Metode irisan dengan mikrotom
Metode Irisan dengan Mikrotom
Keuntungan : tebal irisan dapat
diatur menurut tujuan dan kehendak pemeriksa.
Macam-macam Mikrotom
Macam-macam Mikrotom
1. Mikrotom geser (Sliding Microtome)
Disini jaringan tetap pada tempatnya
sedangkan pisaunya yang bergerak. Jaringan yang akan dipotong adalah jaringan
yang tanpa penanaman (embedding) terlebih dahulu. Irisan dikumpulkan pada wadah
berisi air, disini pisau dan kuas harus basah.
2. Mikrotom beku (Freezing Microtome)
Alat dihubungkan dengan tabung yg
berisi CO2 dingin melalui suatu pipa karet. Disini jaringan tetap berada pada
tempatnya, sedang pisau yang bergerak ke muka dan ke belakang. Digunakan dalam
sediaan irisan dengan metode beku.
3. Mikrotom putar (Rotary Microtome)
Disini pisau tetap pada tempatnya
sedangkan jaringan yang bergerak keatas dan kebawah. Digunakan untuk pembuatan
sediaan irisan dengan metode paraffin.
Cara ini banyak digunakan karena
irisan yang diperoleh lebih tipis dibanding metode lain dan hampir semua
jaringan dapat diiris dengan mikrotom ini.
Disini irisan jaringan yang terjadi
satu sama lain saling bergandengan sehingga terbentuk pita yang panjang.
B.
FIKSASI
Suatu
usaha untuk mempertahankan elemen-elemen sel / jaringan agar tetap pada
tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk dan ukuran. Zat yang digunakan :
fiksatif.
Fiksatif
:
1. Mempunyai kemampuan mengubah indeks
bias bagian sel sehingga mudah dilihat dengan mikroskop.
2. Membuat jaringan mudah menyerap zat
warna.
Lama fiksatif tergantung :
1. Macam jaringan
2. Tebal tipisnya jaringan
3. Macam fiksatif yang dipergunakan.
Macam-macam fiksatif
1. Larutan fiksatif sederhana
Hanya mengandung satu macam zat
saja. Misal : etanol 70-100% ; Formaldehyde 4-10% ; Asam asetat 0,3-5% ; Asam
pikrat ; asam Chromiat 0,5-1 % dll.
2. Larutan Fiksatif Majemuk / campuran
Mengandung lebih dari satu macam
zat. Misal : larutan Bouin (asam pikrat, formalin dan asam asetat glasial) ; Larutan
Zenker (merkuri chlorida, potassium dichromate, aquadest) dll.
Larutan Zenker : Nuklei dan jaringan
pengikat sangat terpulas baik terutama jaringan tumor.
C.
DEHIDRASI
Adalah
penarikan molekul air dari dalam jaringan. Dilakukan setelah proses fiksasi, kegagalan
/ ketidaksempurnaan pada proses ini menyebabkan kegagalan pada langkah
selanjutnya.
Sel
pada jaringan hidup mengandung air ± 85% , air tidak tercampur dengan paraffin
/ seloidin sehingga perlu dehidrasi. Kemikalia yang digunakan : ethanol, Dioxane,
Acetone dsb. Dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat mulai konsentrasi rendah
sampai absolut.
D.
PENJERNIHAN
1. Kemikalia berfungsi membuat jaringan
menjadi jernih dan transparan.
2. Merupakan perantara antara proses
dehidrasi dengan proses penanaman.
3. Bila memakai alkohol pada dehidrasi
perlu dilakukan dealkoholisasi.
4. Waktu yang dipergunakan tergantung
dari : tebal jaringan, zat penjernih yang dipergunakan.
5. Macam-macam zat penjernih :
a. Xylol / Xylene
Kebaikan
: prosesnya cepat, mudah didapat. Kejelekan : jaringan dapat dipindahkan ke
kemikalia ini hanya dari alkohol absolut.
b. Toluol / Toluene
Kebaikan
: harga murah, mudah didapat, prosesnya cepat dan jaringan menjadi jernih.
Kejelekan : Bila terlalu lama dalam toluen jaringan menjadi keras dan sukar
diiris, jaringan dapat dipindahkan kesini dari alkohol absolut.
c. Minyak Cedar
Kebaikan
: hanya sedikit mengerutkan jaringan. Kejelekan : prosesnya lambat.
d. Chloroform
Kebaikan : hanya sedikit pengerutan, dapat digunakan untuk jaringan-jaringan yang besar. Kejelekan : mahal dan sukar dipindahkan ke paraffin
Kebaikan : hanya sedikit pengerutan, dapat digunakan untuk jaringan-jaringan yang besar. Kejelekan : mahal dan sukar dipindahkan ke paraffin
e. Minyak Cengkeh
Kebaikan
: proses cepat, jaringan dapat dipindahkan langsung dari alkohol 95 % , hanya
sedikit pengerutan. Kejelekan : mahal harganya, sukar untuk memindahkan
jaringan ke paraffin.
f. Minyak Anilin
Kebaikan
: proses cepat, dapat dipindahkan langsung dari alkohol 70 % dan hanya sedikit
mengerutkan jaringan. Kejelekan : sukar dipindahkan ke parafin.
g. n – Butyl Alkohol
Kebaikan
: sangat baik untuk objek-objek yang keras dan padat. Kejelekan : memerlukan
waktu lama.
METODE PARAFIN
Kebaikan metode ini :
1. Irisan dapat jauh lebih tipis
daripada menggunakan metode beku / seloidin (tebal irisan > 10 µ) dengan
metode parafin tebal irisan 6 µ.
2. Irisan yang bersifat seri dapat
dikerjakan dengan mudah
3. Prosesnya jauh lebih cepat.
Kejelekan
:
1. Jaringan menjadi keras, mengerut dan
mudah patah.
2. jaringan yang besar tidak dapat
dikerjakan
3. Sebagian besar enzim akan larut
Urutan
kerja pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin :
Fiksasi
; pencucian (washing) ; dehidrasi ; penjernihan ; infiltrasi parafin ; penanaman
(embedding) ; penyayatan (section) ; penempelan (affiksing) ; deparafinasi ;
pewarnaan (staining) ; penutupan (mounting) ; labelling.
METODE PARAFIN
Fiksasi
Organ
yang diambil segera difiksasi, kalau diperlukan sebelum difiksasi dicuci dulu
dengan larutan garam difisiologis.
Pencucian
Untuk
menghilangkan larutan fiksasi dari jaringan dilakukan beberapa kali dengan
cermat dan teliti.
Dehidrasi
Untuk menarik air yang terdapat didalam jaringan agar nantinya seluruh ruang antar sel dalam jaringan dapat diisi oelh molekul-molekul parafin.
Dehidran yang paling banyak digunakan : alkohol (dari prosentasi rendah sampai yang absolut) setingkat demi setingkat karena untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap sel jaringan sehingga perubahan struktur sel yang terjadi sekecil mungkin.
Penjernihan
untuk menarik alkohol/ dehidran lain dalam jaringan agar nantinya dapat digantikan molekul parafin.
Untuk menarik air yang terdapat didalam jaringan agar nantinya seluruh ruang antar sel dalam jaringan dapat diisi oelh molekul-molekul parafin.
Dehidran yang paling banyak digunakan : alkohol (dari prosentasi rendah sampai yang absolut) setingkat demi setingkat karena untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap sel jaringan sehingga perubahan struktur sel yang terjadi sekecil mungkin.
Penjernihan
untuk menarik alkohol/ dehidran lain dalam jaringan agar nantinya dapat digantikan molekul parafin.
Infiltrasi Parafin
Dipilih
parafin yang titik cairnya 50-56OC. Sebaiknya jaringan jangan dimasukkan
langsung dari zat penjernih ke parafin murni tetapi kedalam campuran zat
penjernih-parafin murni untuk menghindari perubahan lingkungan yang sangat
mendadak terhadap jaringan sehingga jaringan dapat mengerut.dll.
Dalam
campuran : selama 10 – 30 menit
Parafin
murni I : 30 – 60 menit \
Parafin
murni II : 30 – 60 menit } Tujuan : Agar jaringan mendapatkan
Parafin
murni III : 30 – 60 menit / parafin yang betul murni.
Juga
untuk mencegah tertahannya sejumlah besar zat penjernih didalam jaringan yang
akan melunakkan jaringan dan membuat jaringan sukar diiris.
Penanaman Dalam Jaringan
Parafin
yang digunakan mempeunyai titik cair yang sama dengan parafin untuk infiltrasi.
Setelah jaringan dianggap cukup waktunya dalam parafin III tuangkan parafin
murni kedalam kotak karton hingga penuh.
Ambil
jaringan dengan cepat dari parafin III masukkan kotak yang berisi parafin cair
dan usahakan tidak terjadi gelembung udara didalam blok, gelembung udara
terjadi karena kecepatan pembekuan parafin yang tidak sama didalam kotok
karton.
Penyayatan
Bila akan menempelkan irisan jaringan pada gelas benda, maka disiapkan dahulu alat / bahan sebagai berikut :
Bila akan menempelkan irisan jaringan pada gelas benda, maka disiapkan dahulu alat / bahan sebagai berikut :
1. Gelas benda
2. Albumin Mayer untuk merekatkan
jaringan pada gelas benda
3. Meja pemanas (hot Plate) : tempat
pemanasan yang berfungsi untuk merentangkan irisan jaringan dan merekatkan
jaringan pada gelas benda.
4. Pipet tetes
5. Aquadest
6. Sonde
Cara penempelan :
Teteskan
setetes albumin Mayer pada gelas benda dan diratakan seluruh permukaan.
Tetesilah aquadest (agar irisan jaringan yang akan diletakkan terentangm tidak
melipat), lalu jaringan diletakkan dan angkat gelas benda letakkan pada meja
pemanas. Atur letak irisan dengan 2 sonde. Dalam satu gelas benda dapat
ditempel 1-2 irisan tergantung besar kecilnya jaringan.
Setelah
kering, siap untuk diwarnai tetapi dapat juga disimpan untuk beberapa hari.
Pewarnaan
Deparafinasi : menghilangkan parafin yang terdapat didalam jaringan. Caranya : merendam gelas benda yang berisi irisan jaringan kedalam Xylene ± 15 menit.
Deparafinasi : menghilangkan parafin yang terdapat didalam jaringan. Caranya : merendam gelas benda yang berisi irisan jaringan kedalam Xylene ± 15 menit.
Berikutnya
: Masukkan kedalam alkohol 96 %, 80 %, 70 %, dst sampai aquadest dengan waktu
beberapa detik / 3-4 kali celupan. Masukkan kedalam larutan zat warna aquosa.
Pewarnaan Hematoxylin-Eosin
1. Deparafinasi dengan xylene
2. Kelebihan xylene diisap dengan
kertas filter melalui tepi gelas benda.
3. Celup sebentar dalam alkohol 96%,
kemudian 80%, 70%, 50%, 30%, aquadest.
4. Masukkan kedalam larutan Hematoxylin
dengan waktu tertentu : 3-7 detik.
5. Air mengalir : 10 menit. Cuci
aquadest sebentar.
6. Masukkan sebentar saja
berturut-turut mulai dari alkohol 30%, 50%, 70%.
7. Kemudian kedalam larutan eosin 0,5%
(dalam alkohol 70%) 1-3 menit.
8. Pewarnaan selesai, tetapi jaringan
tidak dapat ditutup langsung dengan Canada balsam, karena Canada balsam
dilarutkan dalam xylene, sedangkan jaringan masih berada dalam media alkohol
70% sehingga jaringan harus dibawa ke media xylene dulu.
9. Dari larutan eosin 0,5% (dalam
alkohol 70%) selanjutnya berturut-turut masukkan ke alkohol 70%, 80%, 96%,
alkohol absolut, masing-masing sebentar saja.
10. Masukkan xylene ± 10 menit (xylene
berfungsi untukl mengantar ke canada balsam juga berfungsi untuk menjernihkan
jaringan yang sudah terpulas).
11. Jarigan ditutup dengan gelas penutup
setelah ditetesi dengan Canada balsam terlebih dahulu.
Pelabelan
Label dituliskan : nama spesies, nama organ / jaringan, potongan melintang / membujur, pewarnaan yang digunakan, tanggal pembuatan.
Label dituliskan : nama spesies, nama organ / jaringan, potongan melintang / membujur, pewarnaan yang digunakan, tanggal pembuatan.
PERIODIC ACID SCHIFF (PAS)
Prinsip
:
Setelah
pengecatan karbohidrat dipecah oleh periodic acid menjadi aldehid dan aldehid
bereaksi dengan reagen Schiff membentuk warna merah.
Reagen
:
Asam
Periodat 0,5% dan Schiff (100 ml) Reagen Schiff :
1
gr Basic Fuchsin dilarutkan dalam 200 cc aquades panas, dinginkan 50OC.
Tambah
bubuk padat sodium metabisulfid 2 gr, kocok sampai rata. Tambahkan HCl 10 cc,
diamkan pada suhu kamar yang gelap 24 jam. Setelah itu tambah norit 0,5 gr
kocok sampai rata (merah jadi hitam), pada pemakaian disaring hingga jernih.
Prosedur :
1. Deparafinisasi, cuci dengan air.
2. Tambahkan periodic acid selama 5 menit,
tambahkan cat Schiff selama 15 menit. Cuci air 15-20 menit (sampai jaringan
berwarna merah muda)
3. Beri reagent Harris Hematoksilin 6
menit, cuci dgn air untuk melarutkan Harris Hematoksilin.
4. Beri acid alkohol 3-5 menit- Cuci
dengan air, baru kmd diberi amonium water sampai warna biru hilang.
5. Lakukan dehidrasi, clearing,
mounting.
Interpretasi :
Sitoplasma
merah
KANKER
Kanker
adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cendrung menginvasi jaringan
disekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh.
1. Kategori kanker
Karsinoma
adalah kanker jaringan epitel termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar
penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rektum,
lambung, pankreas dan esophagus.
Limfoma
adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, limpa, berbagai
kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat
dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain penyakit Hodgkin (kanker kelenjar
limfe dam limpa) dam Limfoma Malignum.
Sarkoma
adalah kanker jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan
tulang.
Glioma
adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat.
Karsinoma
in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal
yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap lesi pra
invasif.
Patogenesa
:
Etiologi tidak jelas, ada beberapa
teori :
1. Genetik – Hormon
2. Lingkungan – Virus
Teori Genetik
Keganasan terjadi akibat dari mutasi
gen yang mempengaruhi proses pertumbuhan kemudian berkembang abnormal (ganas).
Teori Lingkungan
Keadaan lingkungan bisa
mendorong/merangsang terjadinya keganasan.
Misal : lingk. Pabrik banyak
menghasilkan bahan carcinogenik.
Teori
Hormon
Hormon dapat menyebabkan keganasan .
misal : estrogen pada pil KB dikombinasi dgn progesteron sehingga tidak begitu
bahaya.
Teori Virus
Virus dalam tubuh mempunyai efek
lisis steady state effect, incorporated.
Incorporated : terjadi ikatan antara
DNA/RNA virus dengan DNA sel sehingga ganas. Sel yang ganas pada keadaan yang
memungkinkan :
Inisiator dan Promotor
Inisiator
: bahan /jasad renik yang menyebabkan carcinogenesis
Promotor
: Bahan dari lingkungan / jasad renik / sesuatu yang dapat mendorong terjadinya
carcinogenesis.
Promotor
dan inisiator pada proses carcinogenesis bekerja satu sama lain.
CARCINOGENESIS CERVIC
Cervic
merupakan pertemuan antara epitel columnar (dalam uteri) dan Squamosa vagina,
sering terjadi keganasan.
Carsinoma
Cervic dapat dideteksi dengan metode PAP Smear.
Faktor
insidense adalah :
1. Sex terlalu muda (<17 tahun)
2. Ganti-ganti pasangan.
3. Wanita yang banyak melakukan
perkawinan
4. Tingkat sosial ekonomi yang
berhubungan hygiene sanitasi.
Deteksi
:
1. PAP Smear
2. Schiller Test
3. Biopsi Kemudian diperiksa secara
Patologi Anatomi
Keterangan
:
Schiller
Test adalah suatu cara dgn pengecatan biasa dgn larutan Iodium dab Potassium
Chlor.
Prinsip
:
Pada
sel yang mengalami keganasan jumlah glikogennya kecil, hasilnya pucat. Pada
sel-sel normaljumlah glikogen banyak (warna coklat : normal, tidak berwarna
ganas) tapi ada juga positif palsu yaitu pada hiperplasia dan displasia. Jumlah
glikogen kecil sekali namun juga merupakan gejala dini dari suatu keganasan.
PEWARNAAN PAPANICOLAOU (GURR, 1960)
Reagen
yang diperlukan :
1. Hematoxylin Ehrlich / Harris
2. Orange G
a. Phosphotungstic Acid 1 % aquosa 1,5
ml
b. Alkohol absolut 95 ml
c. Aquadest 3,5 ml
3. Papanicolaou
0,7 gram
Alkohol
95 % 100 ml
Letakkan
dalam botol dan sumbatlah botol dengan kain katun kemudian panaskan dalam bak
yang berisi air panas hingga larut. Dinginkan kemudian saring dengan kertas
saring.
Prosedur
1. Sediaan apus yang masih basah,
difiksasi dalam campuran eter + alkohol absolut (dalam volume yang sama) selama
5-15 menit.
2. Cuci berturut-turut dalam alkohol
90%, 70% dan 50%.
3. Cuci dalam aquadest
4. Warnai dalam Hematoxylin Ehrlich / Harris
selama 5-10 menit.
5. Cuci lagi dalam aquadest
6. Diferensiasi dalam 0,5% HCl, cuci
dalam aquadest.
7. Celup dalam aquadest dimana
ditambahkan 3 tetes Lithium Carbonat jenuh dalam setiap 100 ml aquadest.
8. Cuci seluruhnya dalam aquadest
9. Cuci berturut-turut dalam alkohol
50%, 70% dan 90%
10. Warnai selama 1 menit dalam larutan
Orange G
11. Cuci seluruhnya dalam alkohol 95%
untuk menghilangkan kelebihan zat warna.
12. Warnai selama 2 menit dalam
Papanicolaou
13. Cuci selama 5-10 menit dalam setiap
Staning Jar yang berisi alkohol 95% (disini ada 3 buah Staining-Jar yang berisi
alkohol 95%.
14. Cuci dalam alkohol absolute
15. Jernihkan dalam xylene dan tutup
dalam Dpx atau Crystalite.
SITOHISTOTEKNOLOGI
Disusun Oleh :
PROGRAM
D-3 ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS
INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar